Hadits-hadits Nabi SAW.
481.
Dari Abu Musa r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah utus aku dengannya seperti hujan lebat yang jatuh ke tanah. Di antara tanah itu ada yang baik dan subur, dapat menyerap air sehingga menumbuhkan banyak tumbuhan dan rerumputan. Di antaranya ada pula tanah keras yang dapat menampung air, maka dengan tanah ini Allah memberikan manfaat kepada manusia, sehingga mereka bisa minum, mengairi tanaman, dan bercocok tanam. Sebagian hujan ada yang jatuh ke sebidang tanah yang lain, yaitu tanah yang datar dan tandus, tidak bisa menampung air ataupun menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Begitulah perumpamaan orang yang paham mengenai agama Allah dan memperoleh manfaat dari (petunjuk dan ilmu) yang Allah utus aku dengannya. Ia tahu dan mengajarkannya. Juga perumpamaan orang yang tidak peduli dengan perkara tersebut dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus.” (H.R. Bukhari).
Keterangan
Makna dari perumpamaan ini adalah bahwa tanah ada tiga macam, demikian pula manusia. Jenis tanah yang pertama adalah yang bisa mengambil manfaat dari air sehingga bisa hidup kembali setelah tadinya mati. Ia pun bisa menumbuhkan tanaman sehingga manusia dan hewan bisa memanfaatkannya. Sedangkan jenis manusia yang pertama adalah orang yang memperoleh petunjuk dan ilmu. Ia menghafalnya, hatinya pun menjadi hidup, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Maka ia memperoleh manfaat dan memberikan manfaat. Jenis tanah yang kedua adalah yang tidak bisa memperoleh manfaat untuk dirinya, akan tetapi masih berfaedah, yaitu menampung air untuk makhluk-makhluk lain, sehingga manusia dan hewan bisa memperoleh manfaat. Demikian juga jenis manusia yang kedua, mereka mempunyai hati yang bagus hafalannya. Namun tidak memiliki pikiran yang cerdas, mereka juga tidak mempunyai kesungguhan dalam mengamalkannya. Mereka menghafalkannya sehingga para ahli ilmu datang mengambil ilmu dari mereka, agar bisa memperoleh manfaat dari mereka baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jenis manusia ini memberikan manfaat kepada orang lain dengan ilmu yang mereka peroleh. Jenis tanah ketiga adalah tanah gersang, yang tidak bisa menumbuhkan tanaman. Ia tidak bisa memperoleh manfaat dari air hujan dan juga tidak bisa menampungnya untuk dimanfaatkan oleh makhluk lain. Demikian juga jenis manusia yang ketiga, mereka tidak mempunyai hati yang bagus hafalannya ataupun kepahaman yang mendalam. Ketika mereka mendengar suatu ilmu, mereka tidak bisa memperoleh manfaat darinya ataupun menghafalkannya supaya bisa memberi manfaat untuk orang lain. Golongan yang pertama adalah orang yang bisa mengambil manfaat dan memberi manfaat, yang kedua adalah yang bisa memberi manfaat tetapi tidak bisa mengambil manfaat, yang ketiga adalah yang tidak memberi manfaat ataupun mengambil manfaat. (‘Umdatul-Qari).
482.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Tirmidzi).
483.
Dari Buraidah Al-Aslami r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca Al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, kelak pada hari Kiamat akan dipakaikan mahkota dari cahaya yang sinarnya seperti sinar matahari dan kedua orangtuanya akan diberi dua pakaian yang tidak dapat dinilai dengan dunia. Kedua orangtuanya akan bertanya, ‘Mengapakah kami diberi pakaian ini?’ Maka dijawab, ‘Karena anak kalian telah menghafal Al-Qur’an.’” (H.R. Muslim).
484.
Dari Mu’adz Al-Juhani r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, pada hari Kiamat kedua orangtuanya akan dipakaikan mahkota yang sinarnya lebih indah dari sinar matahari yang ada di rumah dunia, jika matahari itu berada di dalam rumah kalian. (Jika ini adalah pahala untuk orangtuanya), bagaimana kira-kira menurut kalian mengenai orang yang mengamalkannya?” (H.r Abu Dawud)
485.
485.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash r.huma., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca Al-Qur’an, berarti ia telah menyimpan ilmu kenabian di dalam hatinya. Hanya saja wahyu tidak diturunkan kepadanya. Tidak pantas bagi hafizh Al-Qur’an untuk marah bersama orang yang marah dan berbuat bodoh bersama orang yang berbuat bodoh, padahal kalam Allah ada di dalam hatinya.” (H.R. Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar