Kamis, 27 Mei 2010

Bab 6 Dakwah dan Tabligh, Keutamaan Dakwah Keluar di Jalan Allah- Bag 8

Hadits-Hadits Nabi SAW.

1281. Dari Jarir r.a., ia berkata, “Aku pernah mengadu kepada Nabi saw. bahwa aku tidak bisa mantap di atas kuda. Lalu beliau menepuk dadaku dan berdoa, ‘Ya Allah, mantapkanlah ia di atas kuda dan jadikanlah ia orang yang memberi petunjuk, yang mendapat petunjuk.’” (Hadits Riwayat Bukhari).

1282. Dari Abu Sa’id r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menganggap remeh dirinya sendiri.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Bagaimana bisa seseorang menganggap remeh dirinya sendiri?” Beliau menjawab, “Seseorang melihat suatu perkara yang berhubungan dengan Allah yang harus dia luruskan, kemudian ia tidak berkata apa pun mengenainya, maka Allah ‘azza wa jalla akan menanyainya pada hari Kiamat, “Apa yang menghalangimu berkata mengenai hal ini dan itu?” Ia menjawab, “Takut kepada manusia.” Maka Allah berfirman, “Justru kepada-Kulah kamu lebih pantas takut.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah).

1283. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kekurangan pertama yang terjadi pada Bani Israil adalah: Ada seseorang menjumpai yang lain, lalu berkata, ‘Hai kau ini! Takutlah kepada Allah! Tinggalkan apa yang kamu lakukan. Karena hal itu tidak halal untukmu.’ Kemudian esok paginya ia berjumpa lagi dengannya. Namun kemaksiatan orang ke dua tersebut tidak menghalangi orang pertama untuk makan, minum, dan duduk bersamanya. Maka ketika mereka telah melakukan hal seperti itu, Allah menyamakan hati mereka, kemudian beliau membaca ayat, ‘Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam,’ sampai firman-Nya,‘orang-orang yang fasiq.’ (Q.s. Al-Maa-idah: 78-81). Kemudian beliau bersabda, ‘Sekali-kali jangan begitu! Demi Allah, sungguh, hendaklah kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, menghentikan perbuatan orang yang zhalim, kalian kembalikan dia ke jalan yang benar, dan kalian batasi dia dalam lingkup kebenaran.” (Hadits Riwayat Abu Dawud).

Keterangan
Maka ketika telah mereka melakukan hal seperti itu: Yaitu meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar setelah sebelumnya mereka mengerjakannya. (Badzlul-Majhud).
Allah menyamakan hati mereka: Allah membuat hitam hati orang yang tidak bermaksiat disebabkan pengaruh buruk orang yang bermaksiat. Maka hati mereka semua menjadi keras untuk menerima kebenaran. (‘Aunul-Ma’bud).

1284. Dari Abu Bakar Ash-Shidiq r.a., ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya kalian selalu membaca ayat, ‘Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.’ (Q.s. Al-Maa-idah: 105). Padahal aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya apabila manusia melihat orang yang berbuat zhalim dan tidak mencegah perbuatannya, Dia akan segera menimpakan adzab-Nya kepada mereka secara merata.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).

Keterangan
Makna ayat tersebut berkaitan dengan hadits yang telah disebutkan pula di atas: Jika kalian telah mengerjakan apa yang dibebankan kepada kalian, maka kelalaian orang lain tidak akan menyebabkan madharat bagi kalian. Jika demikian halnya, perlu dipahami bahwa di antara yang dibebankan tersebut adalah amar ma’ruf nahi munkar. Maka jika seseorang sudah melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sedang orang yang diberitahu tidak mau menurut, maka orang yang telah beramar ma’ruf nahi munkar tersebut tidak boleh dicela, karena ia telah menunaikan kewajibannya. Karena yang menjadi kewajibannya adalah amar ma’ruf nahi munkar, bukan penerimaan dari orang yang bersangkutan —Wallahu A’lam—.” ( Syarah Muslim, Nawawi ).

1285. Dari Hudzaifah r.a., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Akan ada fitnah yang menimpa hati manusia secara bertubi-tubi. Hati siapapun yang dirasuki fitnah tersebut akan dituliskan titik hitam padanya. Dan hati siapapun yang menolaknya akan dituliskan titik putih padanya. Sehingga, hati terbagi menjadi dua macam, yakni hati yang putih semisal batu yang licin dan bersih. Fitnah itu tidak akan membahayakannya selama langit dan bumi masih ada. Yang lain ialah hati yang hitam cenderung kelabu. Ibarat cangkir terbalik. Ia tidak dapat mengenali yang ma’ruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar, namun hanya mengikuti hawa nafsunya. ( Hadits Riwayat Muslim).

Keterangan
Ibarat cangkir terbalik. Maksudnya, apabila hati manusia terkena fitnah, serta keharaman maksiat dan kemungkaran tidak lagi hadir dalam hatinya, maka cahaya keimanan akan keluar darinya sebagaimana keluarnya air dari cangkir jika cangkir tersebut miring atau terbalik.




1 komentar:

  1. Insya Alloh ana niat mengamalkan dan menyampaikan...bagimana dengan tuan-tuan... ?

    BalasHapus

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Blog ini memberikan informasi mengenai dalil-dalil shahih tentang enam sifat para shahabat Nabi. Bagi sebagian kaum muslimin yang mengingkari atau masih meragukan akan perkara enam sifat, sangat dianjurkan untuk membuka halaman blog ini dan bila masih kurang yakin, silahkan membaca langsung ke Kitab aslinya berjudul MUNTAHAB A HADITS karya Al hafizh Syeikh Maulana Zakariyya Al Kandahlawi rah. Semoga bermanfaat.

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP