Rabu, 26 Mei 2010

Bab 5 Ikhlas - Hadits-hadits Nabi SAW - Bag 2

 1211. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.huma., ia berkata, “Saya telah mendengar Nabi saw. bersabda, Tiga orang dari umat terdahulu berangkat bepergian. Mereka menemukan sebuah gua sebagai tempat bermalam, lalu masuk ke dalamnya. Maka runtuhlah sebuah batu besar dari gunung dan menutupi gua itu. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya tidak akan ada yang menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah dengan (perantaraan) amal-amal shalih kalian ( tawasul ). Maka salah seorang dari mereka berkata, ‘Ya Allah, aku dulu mempunyai dua orangtua yang keduanya sudah lanjut usia. Aku tidak pernah mendahulukan keluarga atau hamba sahayaku untuk minum susu pada sore hari sebelum kedua orangtuaku. Pada suatu hari, aku mencari sesuatu sampai jauh, dan begitu aku kembali, keduanya telah tertidur. Lalu aku memerah susu untuk memberi minum keduanya dan aku dapati keduanya sudah tertidur. Aku tidak suka lebih dahulu memberi minum kepada keluarga ataupun hamba sahayaku, sebelum kedua orang tuaku. Aku pun terus menunggu keduanya bangun hingga terbit fajar, sementara wadah berisi susu tetap berada di tanganku. Kemudian keduanya bangun, lalu meminum susu tersebut. Ya Allah, jika aku berbuat seperti itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka longgarkanlah batu ini untuk kami. Maka terbukalah batu itu sedikit saja, sehingga mereka belum bisa keluar.’ Nabi saw. bersabda lagi, ‘Orang yang lain berkata, ‘Ya Allah! Aku mempunyai seorang saudara sepupu, anak perempuan pamanku. Ia adalah orang yang paling aku cintai. Aku menginginkan dirinya (untuk mengumpulinya) tetapi ia menolak diriku. Hingga suatu saat terjadilah paceklik. Ia pun datang kepadaku dan aku memberinya 120 dinar dengan syarat ia menyerahkan dirinya kepadaku. Ia pun menyetujuinya. Sampai ketika aku telah menguasai dirinya, ia berkata, ‘Aku tidak membolehkan kamu untuk memecahkan cincin (keperawanan) kecuali dengan haknya.’ Maka aku urungkan berbuat mesum terhadapnya karena menghindari dosa. Aku pun meninggalkannya, padahal ia adalah orang yang paling aku cintai. Aku tinggalkan pula emas yang telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka longgarkanlah keadaan kami. Maka terbukalah batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar darinya.’ Nabi saw. bersabda, ‘Orang yang ketiga berkata, ‘Ya Allah! Aku pernah mempekerjakan beberapa pekerja. Aku telah membayar upah mereka, kecuali satu orang. Ia meninggalkan upahnya dan pergi. Maka aku mengembangkan upahnya itu sehingga menjadi harta yang banyak. Setelah sekian waktu, ia datang kepadaku lalu berkata, ‘Hai hamba Allah! Bayarlah upahku. Aku katakan kepadanya, ‘Semua yang engkau lihat berupa unta, lembu, kambing, dan hamba sahaya, semua itu upahmu. Ia berkata, ‘Hai hamba Allah! Janganlah engkau mengejekku. Aku katakan, Aku tidak mengejekmu.’ Maka ia mengambil dan menggiringnya semua, tidak ada yang ia tinggalkan sedikit pun. Ya Allah, jika aku berbuat seperti itu untuk mencari keridhaan-Mu, longgarkanlah keadaan kami ini.’ Maka terbukalah batu itu. Mereka pun keluar berjalan kaki.” (H.r. Bukhari).

1212. Dari Abu Kabsyah Al-Anmari r.a., bahwasannya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga hal yang aku bersumpah mengenainya. Dan aku beritahu kalian sesuatu, maka hafalkanlah.” Beliau bersabda, “Tidak akan berkurang harta seorang hamba karena sedekah. Jika seorang hamba dizhalimi lalu ia bersabar terhadapnya, maka Allah pasti akan menambah kemuliaan kepadanya. Dan jika seorang hamba membuka satu pintu untuk meminta-minta (kepada manusia), maka Allah pasti akan membukakan pintu kefakiran baginya —atau kalimat yang semisalnya—. Dan aku beritahu kalian sesuatu, maka hafalkan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia ini berada di tangan empat orang saja: 1) Seorang hamba yang telah diberi rezeki oleh Allah berupa harta dan ilmu, lain ia pun bertaqwa kepada Tuhannya mengenai urusan hartanya itu, menyambung silaturahmi dengannya, dan ia mengetahui bahwa ada kewajiban kepada Allah di dalamnya. Maka orang ini menempati kedudukan yang paling utama. 2) Seorang hamba yang diberikan rezeki berupa ilmu oleh Allah, akan tetapi Allah tidak memberinya harta. Sedangkan ia adalah orang yang benar niatnya. Ia berkata, ‘Seandainya aku mempunyai harta, pasti aku akan melakukan sesuatu dengan harta itu sebagaimana yang dilakukan oleh Fulan (orang pertama). Maka pahalanya sesuai dengan niatnya, sehingga pahala keduanya sama. 3) Seorang hamba yang diberi rezeki oleh Allah berupa harta, akan tetapi tidak diberi ilmu. Maka ia menghabiskan semua hartanya tanpa ilmu. Ia tidak bertaqwa kepada Tuhannya mengenai urusan harta itu, tidak menyambung silaturahmi dengannya. Ia juga tidak mengetahui bahwa ada kewajiban kepada Allah dalam hartanya. Maka orang ini menempati kedudukan yang paling buruk. 4) Seorang hamba yang tidak diberi rezeki oleh Allah berupa ilmu maupun-harta, ia berkata, ‘Seandainya aku mempunyai harta, pasti aku akan berbuat seperti Fulan (orang ketiga).’ Maka dosanya sesuai dengan niatnya itu, sehingga dosa keduanya sama.” (H.r. Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
1213. Dari seseorang lelaki penduduk Madinah, ia berkata, “Mu’awiyah r.a. menulis surat kepada ‘Aisyah r.ha., “Tulislah surat kepadaku yang berisi nasihat untukku dan jangan terlalu banyak.’” Ia berkata, “Maka ‘Aisyah r.ha. menulis untuk Mu’awiyah r.a., ‘Salamun ‘alaik. Amma ba’du, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan (sesuatu yang menyebabkan) kemarahan manusia, maka Allah akan melindunginya dari kejahatan manusia. Dan barangsiapa mencari keridhaan manusia dengan (sesuatu yang menyebabkan) kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkannya kepada manusia.’ Wassalamu ‘alaik.” (H.r. Tirmidzi).

 1214. Dari Abu Umamah Al-Bahiliy r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amal kecuali yang ikhlas untuk-Nya dan bertujuan untuk mencari ridha-Nya.” (H.r. Nasa’i).

 1215. Dari Sa’d r.a., dari Nabi saw., “Sesungguhnya Allah hanya akan menolong umat ini dengan sebab orang-orang lemahnya, yakni dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka.” (H.r. Nasa’i).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Blog ini memberikan informasi mengenai dalil-dalil shahih tentang enam sifat para shahabat Nabi. Bagi sebagian kaum muslimin yang mengingkari atau masih meragukan akan perkara enam sifat, sangat dianjurkan untuk membuka halaman blog ini dan bila masih kurang yakin, silahkan membaca langsung ke Kitab aslinya berjudul MUNTAHAB A HADITS karya Al hafizh Syeikh Maulana Zakariyya Al Kandahlawi rah. Semoga bermanfaat.

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP